Jumat, 27 Desember 2013

POTENSI PROTEIN IKAN GABUS DALAM MENCEGAH KWASHIORKOR
PADA BALITA DI PROVINSI JAMBI
Ananda Ulandari, Dedy Kurniawan, Alsa Syafira Putri*

I. PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
Secara umum sangat dipahami bahwa substansi kesehatan dalam tubuh 
seseorang tergantung pada nilai gizi yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsinya 
setiap hari (Sukmono, 2009). 
Menurut Arisman (2009) dalam bukunya mengatakan bahwa keadaan yang 
abnormal (patologis) akibat kekurangan atau kelebihan zat gizi secara relative maupun 
absolute satu atau lebih disebut malnutrisi. Ada empat bentuk malnutrisi yakni (1) 
Under Nutrition ; Kekurangan konsumsi pangan secara relative atau absolute untuk 
periode tertentu. (2) Specific Defisiency ; kekurangan zat gizi tertentu, misalnya1.2. Rumusan Masalah 
1. Bagaimana tumbuh kembang dan gizi pada balita ? 
2. Bagaimana mekanisme terjadinya kwashiorkor ? 
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan 
Tujuan Umum 
Untuk mengkaji manfaat konsumsi ikan gabus pada balita dalam mencegah 
timbulnya kwashiorkor 
Tujuan Khusus 
1. Mengetahui Tumbuh kembang dan gizi pada balita 
2. Mengetahui definisi kwashiorkor 
3. Mengetahui mekanisme terjadinya kwashiorkor 
4. Mengetahui peranan protein ikan gabus dalam mencegah kwashiorkor. 
1.4. Manfaat Penulisan 
Peneliti; menambah pengetahuan dan Bahan Referensi dalam mengkaji mengenai 
manfaat ikan gabus dalam mencegah kwashiorkor pada balita. 
Petugas Kesehatan; bahan masukan dalam upaya promotif mengenai alternative 
pencegahan kwashiorkor pada balitaII. KAJIAN PUSTAKA 
2.1. Tumbuh Kembang dan Gizi pada Balita 
Anak terus tumbuh dan berkembang setiap harinya. Tahun pertama 
kehidupannya, panjang bayi akan bertambah sebanyak 50%, tetapi tidak berlipat setelah 
usia bertambah sampai 4 tahun. Anak yang berumur 1-3 tahun akan mengalami 
pertambahan berat sebanyak 2-2,5 Kg, dan tinggi rata-rata sebesar 12 cm setahun 
(Tahun kedua 12 cm, ketiga 8-9 cm).2.1.1. Marasmus 
Gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat, dengan gejala muka berkerut, 
kelihatan tulang dibawah kulit, rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, 
gangguan pencernaan, pembesaran hati, dan sebagainya. Anak tampak sering rewel 
meskipun telah diberi makan. (Depkes RI, 2000). 
2.1.2. Kwashiorkor 
Penampilan tipe kwashiorkor anak kelihatan gemuk (sugar baby), dietnya 
mengandung cukup energy tapi kekurangan protein, terlihat ada pengecilan jaringan 
(atrofi). Sangat kurus dan bengkak (edema) pada kedua punggung kaki sampai seluruh 
tubuh.III. HASIL DAN PEMBAHASAN 
 Di Negara Indonesia khususnya Provinsi Jambi, angka prevalensi gizi buruk 
masih tinggi. Angka prevalensi KEP nyata selama 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 
2006 – 2010 secara rinci perkabupaten sebagai berikut : 
Tabel 2. Prevalensi KEP pada tahun 2006-2010 di Provinsi Jambi 
Tahun 
No Kab / Kota 
2006 2007 2008 2009 2010 
1 Kerinci 66 0 2 7 27 
2 Merangin 44 15 52 3 15 
3 Sarolangun 21 0 18 12 24 
4 Batang hari 17 41 5 17 14 
5 Muaro Jambi 32 14 22 19 17 
6 Tanjab Timur 21 41 65 1 5 
7 Tanjab Barat 46 0 21 0 3 
8 Tebo 0 9 13 2 17 
9 Bungo 42 8 15 7 29 
IV. KESIMPULAN 
Di Provinsi Jambi, berdasarkan hasil RISKESDAS 2007 dan 2010, diketahui 
bahwa angka kejadian gizi buruk terjadi peningkatan diatas angka Nasional, sedangkan 
menurut RISKESDAS 2010 balita yang sangat kurus banyak terdapat di Provinsi Jambi. 
Keadaan gizi buruk pada anak yang banyak terjadi di Provinsi Jambi salah satunya 
adalah kwashiorkor, yaitu suatu kondisi seseorang yang kekurangan protein dibawah 
standar rata-rata kebutuhan normal.

untuk mendapatkan naskah asli....

0 komentar:

Posting Komentar