Minggu, 12 Januari 2014

G6PD


Defisiensi Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD)

Defisiensi Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) merupakan defek enzim herediter
dari eritrosit manusia yang paling sering ditemukan (Zhao,2010). Enzim G6PD bekerja pada
jalur fosfat pentosa  metabolisme karbohidrat.  Diwariskan secara X-linked, oleh karena itu
mutasi pada gen G6PD, ditemukan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan
(Zhao,2010),menyebabkan varian fungsional dengan beberapa biokimia dan fenotipe. Paling
banyak dilaporkan dari Afrika, Eropa, Timur Tengah dan Asia Tenggara (Cappellini,2008)
Manifestasi klinis yang paling sering pada defisiensi G6PD adalah penyakit kuning
neonatal, dan  anemia  hemolitik akut, yang biasanya dipicu oleh agen eksogen. Beberapa
varian G6PD menyebabkan hemolisis kronis,anemia hemolitik bawaan non-spherocytic.
Manajemen yang paling efektif pada defisiensi G6PD adalah mencegah hemolisis dengan
menghindari stres oksidatif (Cappellini,2008).
Pada makalah  ini akan dibahas pengaruh G6PD terhadap eritrosit sehingga
memberikan kerentanan timbulnya  hemolisis seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Enzim G6PD
Enzim G6PD mengkatalisis langkah pertama dalam jalur fosfat pentosa, glukosa
mengkonversi ke ribosa-5-fosfat (gambar 1) dan melindungi sel terhadap stres oksidatif
dalam bentuk NADPH. Defisiensi G6PD merupakan salah satu kelainan enzimatik herediter
yang paling sering dari eritrosit manusia. Penelitian terbaru juga menyatakan bahwa aktivitas
G6PD memainkan peran penting dalam mengontrol pertumbuhan sel melalui produksi
NADPH (Zhao,2010).
Saat ini ditemukan sekitar 160 mutasi bersama dengan lebih dari 400 varian biokimia
telah dijelaskan (Cappellini,2008). Varian G6PD oleh WHO telah diklasifikasikan ke dalam
empat kategori tergantung pada aktivitas residu enzim dan manifestasi klinis. Varian kelas I
memiliki defisiensi enzim yang berat (kurang dari 10% dari normal) yang berhubungan
dengan  anemia hemolitik  kronis non-spherocytic. Varian  kelas II juga memiliki defisiensi
enzim berat (kurang dari 10% dari normal), varian kelas III memiliki defisiensi enzim ringan
(10% sampai 60% dari normal). Varian  Kelas IV tidak memiliki defisiensi enzim (60%
sampai 150% dari normal) (Zhao,2010).

Awalnya varian  G6PD ditandai secara  biokimia menurut aktivitas enzim dalam  eritrosit,
mobilitas elektroforesis, Michaelis Konstan, pemanfaatan analog substrat dan termostabilitas
(Zhao,2010).
Peran G6PD pada metabolisme eritrosit
Pada sel eritrosit terjadi metabolism glukosa untuk menghasilkan energy (ATP), yang
digunakan untuk  kerja pompa ionic dalam rangka mempertahankan milieu ionic yang cocok
bagi eritrosit.  Pembentukan ATP ini berlangsung melalui jalur Embden Meyerhof yang
melibatkan sejumlah enzim seperti glukosa fosfat isomerase dan piruvat kinase, sebagian
kecil glukosa mengalami metabolisme dalam eritrosit melalui jalur heksosa monofosfat
dengan bantuan enzim G6PD untuk menghasilkan glutation yang penting untuk melindungi
hemoglobin dan membrane eritrosit dari oksidan. Defisiensi enzim piruvat kinase, glukosa
fosfat isomerase dan G6PD dapat mempermudah dan mempercepat hemolisis. Yang paling
sering mengalami defisiensi adalah G6PD (Rinaldi,2009)
G6PD adalah enzim  "housekeeping"  yang melakukan fungsi-fungsi vital di seluruh
sel tubuh. Namun, dalam eritrosit yang tidak memiliki nukleus, mitokondria, organel lainnya,
ada  hambatan tertentu pada metabolisme dan enzim ini memiliki peran penting. G6PD
mengkatalisis langkah pertama dari jalur fosfat pentosa (jalur heksosa monofosfat), sejumlah
reaksi sampingan dari jalur utama  glikolisis dalam eritrosit dan dalam semua sel tubuh
(Greene,1993)

untuk mendapatkan naskah lebih lanjut, download disini

0 komentar:

Posting Komentar